Headlines News :

Latest Post

TPB kecewa

Written By Unknown on Jumat, 18 Mei 2012 | 02.21

                Raut wajah kecewa tengah menyelimuti mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama (TPB) angkatan 48. Seperti yang kita tahu untuk menghadapi UTS (Ujian Tengah Semester) dan UAS (Ujian Akhir Semester) pada semester ganjil ini merupakan langkah awal mereka untuk menntukan IP petama mereka di IPB. Segala persiapan sudah disiapkan secara matang. Bagi mahaisiswa yang masuk melalui SNMPTN Undangan mungkin sudah lebih dulu mengetahui seperti apa UTS dan UAS di IPB karena sebelumnya mereka telah mengikuti matrikulasi Pengantar Matematika dan Fisika.
            Mahasiswa yang mendapat matrikulasi fisika, mungkin bisa dibilang sedikit lega. Mengapa? Karena mnurut info yang mereka dengar, jika dalam matrikulasi nilai mereka kurang memuaskan, misalnya saja C, mereka dapat mengulang kembali saat perkuliahan regular dimulai. Alhasil banyak sebagian dari merek yang mengulang nilai mata kuliah Fisika di perkuliahan reguler, tentunya dengan harapan akan mendapat nilai yang jauh lebih baik lagi dari hasil matrikulasi. Karena nantinya akan diambil nilai terbaik diantara nilai yang mereka peroleh.           
            Ketika mereka menjalani Ujian Tengah Semester (UTS) semester ganjil, nilai mengulang mereka keluar dan dengan hasil yang bisa dibilang cukup memuaskan. Hal ini membuat persepsi mereka bahwa informasi yang selama ini mereka dengar adalah benar.  Secara otomatis mereka tetap melanjutkan mengulang mata kuliah Fisika sampai Ujian Akhir semester (UAS) nanti. Namun setelah UAS selesai dan hasilnya telah keluar, justru yang keluar adalah nilai dari matrikulasi bukan nilai saat mereka mengulang. Tidak sedikit yang merasa sangat kecewa dengan hal ini. Dan ini disebabkan terjadinya miss communication antara TPB dan coordinator Departemen Fisika, Drs. Sidikrubadi Pramudita, Msi. Departemen Fisika sendiri menyatakan bagi mereka yang nilai matrikulasi Fisikanya kurang (nilai C) boleh mengulang saat perkuliahan reguler dimulai. Sedangkan saat di konfirmasi oleh pihak TPB ternyata itu tidak bisa. BEM TPB sendiri sudah beusaha untuk membicarakan masalah ini kepada pihak TPB, tetapi tetap saja tidak bisa karena hal ini sangat disayangkan sekali banyak dari mereka yang mendpat nilai A saat mengulang.
            Tentunya hal ini menuai protes, banyak mahasiswa yang kecewa dan kesal, seperti yang diutarakan oleh Galih Citra Yogyanti, “Kalau tahu seperti ini, saya tidak akan capek-capek  mengulang, karena hasilnya sama saja,” tutur mahasiswi departemen Manajemen Hutan ini. Hal yang senada juga turut di ucapkan oleh Nadia Septiani, mahasiswi jurusan Fisika, “Kecewa banget yang pasti, berharap nilai saat mengulang ini jauh lebih baik, tetapi tetap saja yang diambil nilai matrikulasi”. Kejadian ini juga turut mnundang keprihatinan dari mahasiswa lainnya, seperti  yang diutarakan oleh Ririn Nurul Hidayah, “Iya kasihan banget liatnya, kalau saya diposisi mereka juga pasti merasa kecewa, sebaiknya sejak awal konfirmasi dahulu terhadap pihak TPB, karena namanya juga kita masih TPB jadi harus konfirmasi lebih ke pihak TPB,” ujar mahasiswi Departemen Teknologi Hasil Hutan ini. Karena setelah ditelusuri kebanyakan dari mereka,  mendapat informasi dari dosen mata kuliah yang bersangkutan. (Inge Karmali)

Kesejahteraan Petugas Kebersihan Masih Saja Minim

Peran petugas kebersihan memang kerap kali tidak terlihat. Tahu-tahu, koridor sudah selesai dipel atau bekas lumpur sehabis hujan berganti lantai berkilat. Surni (57) dan Yati (30) hanyalah beberapa orang yang berjasa dalam menjaga kebersihan lingkungan Fakultas Pertanian IPB. Pekerjaan yang sudah digeluti sejak 11 tahun yang lalu ini memang bukanlah pilihannya. Jika ada pilihan, Ibu-ibu ini sepakat lebih baik tinggal di rumah.
“Kalau boleh milih mah Ibu mending di rumah, Neng, ngurus cucu”, aku Surni. Jika dibandingkan yang lain, Surni memang termasuk senior. Jam 06.30 pagi, Surni dan 8 orang rekan-rekannya sudah berada di lingkungan Faperta untuk menyapu dan mengepel. Hal ini terus berlanjut sampai pukul 11.00, apalagi  jika hari itu becek sehabis hujan.
“Orang-orang kadang lewat-lewat aja, Neng. Gak punten, gak tahu kali ya ibu-ibu udah ngepel berkali-kali dari pagi”, tutur Yati (30) mengungkapkan kejengkelannya terhadap mahasiswa yang jalan begitu saja di lantai yang belum kering dipel. Tugas menyapu dan mengepel lantai juga halaman berlangsung hingga pukul 16.00 WIB. Setiap orang sudah mendapat bagian masing-masing.
Seolah belum cukup, pekerjaan berat ini juga kadang tidak dihargai pihak TU Faperta. “Disini mau minta naik gaji susah, Neng. Padahal gaji Rp 250.000,- sebulan mah bisa buat beli apa ya sekarang?” tanya Yati retoris. Surni dan rekan-rekannya mengakui, selama 11 tahun menjadi petugas kebersihan, permohonan kenaikan gaji sering hanya menjadi angin lalu.
Berbeda dengan petugas kebersihan dari FMIPA, Rosmi (49) dan Nengsih (53) mengaku sudah puas  dengan pekerjaannya sekarang. Meskipun tak urung masih banyak mahasiswa yang kurang menghargai kerja keras mereka.
Udah alhamdulillah kalau dibanding yang lain mah. Gaji sebulan Rp 750.000,-. Kalau anak sakit juga bisa berobat gratis di Poliklinik ”, tutur Rosmi. Petugas kebersihan sebanyak enam orang dikerahkan setiap hari untuk menyapu dan mengepel lantai setiap hari ditambah dua orang untuk membersihkan toilet.
Kesejahteraan petugas kebersihan memang kadang kurang diperhatikan, Yati berkata bahwa alat-alat kebersihan yang disediakan masih sangat kurang sementara mereka dituntut untuk selalu menjaga kebersihan lingkungan fakultas. “Mau pinjam uang buat biaya berobat anak sakit aja susah, kayak ada yang ‘nyekekin’ uangnya, Neng kalau di Faperta mah”, tutup Yati. (KK/Mariana Agustin)

Student Expo IPB, Bangun Sinergitas Antar-LK

Berbeda dari dua tahun sebelumnya, tahun ini Student Expo IPB yang dihelat di sepanjang koridor FEMA mulai hari ini, Senin (5/3) sampai Rabu (7/3) nanti menghadirkan beberapa Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) dan Himpunan Profesi (HIMPRO) yang ada di IPB. “Jika dua tahun yang lalu acara Student Expo ini hanya diisi oleh BEM se-IPB saja, maka kini lewat visi kami dalam mewujudan sinergis antar-LK, maka kami juga mengundang teman-teman dari ranah UKM dan HIMPRO,” tutur Muhammad Rifkyansyah sewaktu ditemui oleh Kru Korpus di tempat. UKM yang bergabung  akan mendapat kesempatan mengisi partisi-partisi yang telah disediakan oleh panitia. “Untuk partisi sendiri, kami hanya mengenakan biaya sepuluh ribu rupiah untuk masing-masing UKM dalam bentuk commitment fee,” tambahnya.
                Rifky yang menjabat sebagai Menteri Kominfo BEM KM ini sempat menyampaikan kekecewaannya karena yang tercatat bergabung dalam Expo tahun ini hanya sekitar 15 UKM saja. Akan tetapi, menurutnya  hal ini tidak terlalu menjadi masalah.
Selain ditunjukkan lewat partisipasi UKM, visi sinergitas tahun ini juga ditunjukkan dengan penyatuan stand seluruh BEM dan HIMPRO yang ada di IPB. Jika sebelumnya BEM-B, BEM-C, dan BEM-D mendirikan stand terpisah di seputar FPIK, FAPET, dan FKH, kini ketiga BEM bersama HIMPROnya tersebut memiliki kesempatan untuk bergabung dalam tempat yang sama bersama BEM dari fakultas-fakultas lain.
                “Acara Expo tahun ini lebih baik dibandingkan tahun-tahun lalu. Jika tahun lalu ada pemisahan tempat, maka tahun ini kami memiliki kesempatan yang lebih besar dengan adanya penggabungan area stand karena otomatis pengunjung akan lebih ramai,” ungkap Aditya Ananda Putra (IPTP 46) selaku Ketua HIMASITER IPB. Ia juga mengatakan dengan adanya penggabungan tempat ini sinergis antar-LK dapat diwujudkan dan tidak ada LK terutama BEM yang merasa ditinggalkan. (David, Nana)

Macetnya Dana Bidik Misi

Written By Unknown on Senin, 07 Mei 2012 | 02.37

Dana untuk beasiswa Bidik Misi didapat dari Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Ketika memasuki pergantian tahun anggaran dari Desember ke Januari, maka proses 'perebusan' dana di DPR menjadi lebih lama. Hal tersebut juga berimbas kepada dana untuk beasiswa Bidik Misi.

Hal ini meresahkan para mahasiswa penerima beasiswa Bidik Misi, salah satunya Siska Erma Lia (KPM 48). "Saya kecewa sekali. Rasanya capek nunggu dana nggak keluar-keluar," ujarnya.

Pada tahun sebelumnya proses pencairan dana juga mengalami kemacetan selama dua bulan ketika pergantian tahun anggaran. Namun untuk tahun ini IPB merasa kemacetan dana yang berlangsung hingga tiga bulan adalah hal yang berat.

Walaupun demikian, IPB tetap menalangi dana beasiswa selama tiga bulan untuk membantu para mahasiswa yang hanya bisa mengandalkan dana tersebut untuk kehidupan sehari-hari.

Bagi mahasiswa yang merasa belum menerima dana di rekeningnya, Mega Simanjuntak, Kepala Sub Direktorat bagian Kesejahteraan Mahasiswa, meminta kemakluman, "Semua sudah kami transfer minggu lalu. Namun jika ada yang belum menerima harap maklum karena memang butuh proses transfer dari Bank Mandiri ke BNI,".

Saat ini dana beasiswa dari Ditjen Dikti telah masuk ke DIPA IPB. Ditmawa menunggu surat keputusan (SK) dari rektor, baru bisa mengajukan pencairan dana. Ditmawa mengusahakan agar dana beasiswa Bidik Misi untuk bulan April mendatang keluar tepat waktu. (KK/Nadia Azka)

Resource

You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "

Random Product

Recent Templates

">See all post'); document.write('

?max-results=10">Label 7

'); document.write(" ?max-results="+numposts6+"&orderby=published&alt=json-in-script&callback=showrecentposts7\"><\/script>");
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Koran Kampus IPB - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger